• RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Rabu, 20 April 2011

SEKOLAH MEMANG (HARUS) MAHAL

Posted by mastong On 04.02

            Ketika penulis memakai judul tersebut diatas, penulis sadar bahwa hal ini akan memicu pro dan kontra bagi pembacanya. Penulis secara mendalam mencoba mengusik rasa penasaran pembaca untuk lebih serius mencermati materi yang sedang penulis urai.
            Judul diatas, sekolah memang (harus) mahal, secara sadar dipilih penulis untuk memberi peluang bagi kemungkinan-kemungkinan munculnya pemikiran-pemikiran yang inovatif dari pembaca untuk mengkaji, mempelajari dan bahkan mengkritik pemikiran penulis.
            Penggunaan judul tersebut mempunyai kecenderungan untuk menarik rasa penasaran dan memang itulah yang diharapkan oleh penulis. Penggunaan kata didalam kurung diharapkan penulis dapat menciptakan dua informasi secara langsung kepada pembaca yang pertama sekolah memang mahal dan sekolah memang harus mahal.
            Dewasa ini, tren peningkatan status sekolah untuk mencapai strata yang lebih tinggi semakin menggebu. Harapan besar dari perubahan status tersebut bermuara pada peningkatan kualitas sekolah.
            Informasi tentang sekolah memang mahal ditujukan untuk merespon kegelisahan masyarakat tentang melejitnya biaya sekolah dewasa ini. Kegelisahan yang secara nalar dapat dipahami melihat kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan kelangsungan hidup mereka.
            Ketidakberuntungan secara ekonomi ini semakin terasa menyiksa ketika bayangan-bayangan tentang kalkulasi pembiayaan sekolah datang dengan menawarkan iming-iming perubahan nasib dan masa depan mereka ketika selesai menempuhnya.
            Seperti penulis dan pembaca ketahui, hal ini tentu saja berimbas kepada pembiayaan yang tidak sedikit. Pembebanan biaya yang tidak sedikit tersebut dipikul bersama oleh produsen dan konsumen. Produsen yang tidak lain adalah sekolah tentunya berusaha agar beban ini tidak memberatkan langkah mereka. Begitu pula konsumen yang dalam hal ini adalah komite sekolah atau masyarakat yang juga berharap hal yang tidak berbeda.
            Keinginan yang sama dalam keringanan menggunakan beban tentunya menjadi benturan yang keras yang berdampak pencarian win-win solution.
            Produsen melakukan penawaran tentang fasilitas-fasilitas dan keunggulan-keunggulan sekolah yang secara nyata berbanding lurus dengan peningkatan beban biaya yang signifikan. Keadaan ekonomi yang sulit justru menjadi pembenaran bahwa program mereka memang berharga mahal.
            Sementara konsumen yang selalu berharap yang terbaik –fasilitas, keunggulan dan prestasi yang nomor satu- terjebak didalamnya tanpa bisa berpikir lebih jernih apa yang sebenarnya mereka cari dan inginkan. Sehingga pencitraan adalah sebuah jawaban dari kebingungan mereka sendiri.
            Ketika kesepakatan telah terjadi antara produsen dan konsumen maka win-win solution yang tercipta adalah harga dan produk. Ketika harga telah tinggi dan produk tidak sesuai harapan maka dengan sendirinya keputusan final bahwa sekolah memang mahal bukan suatu  omong kosong.
            Informasi yang kedua adalah sekolah memang harus mahal. Keharusan ini bukanlah suatu yang mengada-ada.
            Kebutuhan sarana dan prasarana sekolah memang seharusnya terbaik, tercanggih dan termutakhir. Keseluruhannya membutuhkan biaya yang sangat besar.
            Berbicara tentang literatur dan buku-buku materi saja membuat kita membayangkan nominal yang besar. Pengadaan BSE adalah salah satu solusi alternatif untuk meringankan pembiayaan di sektor ini bagi konsumen.
            Tetapi dilapangan proses memperoleh BSE ini juga tidak sesederhana yang kita bayangkan. Jaringan internet yang tidak merata membuat biaya produksi menjadi mahal.
            Kelemahan penguasaan teknologi juga menyebabkan proses ini menjadi tidak efisien secara waktu dan berantai menjadi tidak efektif secara hasil.
            Peralatan praktek, kelengkapan sekolah, media pembelajaran, teknologi penunjang pembelajaran kesemuanya adalah hal-hal yang benar-benar begitu ‘terlihat ‘ didalam anggaran. Dan untuk menentukan anggaran bukan suatu yang mudah bila kita berpikir jujur dan benar.
            Uraian-uraian yang dipaparkan penulis telah sedikit memberi gambaran betapa besar biaya untuk bersekolah. Dan dalam hal ini penulis berpendapat bahwa hal ini sudah benar dan memang seharusnya demikian bila sekolah diartikan dengan ilmu. Ya, sekolah memang harus mahal.
            Penulis tetap berpegang bahwa ilmu itu memang mahal. Pendidikan itu mahal. Sekolah itu mahal. Jadi sudah seharusnya biaya disektor ini sangat tinggi. Hanya saja penulis menggaris bawahi bahwa yang menanggung beban tersebut bukan konsumen maupun produsen. Hal tersebut –dalam hal ini pendidikan- adalah sama seperti, kesehatan, anak terlantar dan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak adalah tanggung jawab negara.