Ketika
penulis memakai judul tersebut diatas, penulis sadar bahwa hal ini akan memicu
pro dan kontra bagi pembacanya. Penulis secara mendalam mencoba mengusik rasa
penasaran pembaca untuk lebih serius mencermati materi yang sedang penulis
urai.
Judul
diatas, sekolah memang (harus) mahal, secara sadar dipilih penulis untuk memberi
peluang bagi kemungkinan-kemungkinan munculnya pemikiran-pemikiran yang
inovatif dari pembaca untuk mengkaji, mempelajari dan bahkan mengkritik pemikiran
penulis.
Penggunaan
judul tersebut mempunyai kecenderungan untuk menarik rasa penasaran dan memang
itulah yang diharapkan oleh penulis. Penggunaan kata didalam kurung diharapkan
penulis dapat menciptakan dua informasi secara langsung kepada pembaca yang
pertama sekolah memang mahal dan sekolah memang harus mahal.
Dewasa
ini, tren peningkatan status sekolah untuk mencapai strata yang lebih tinggi
semakin menggebu. Harapan besar dari perubahan status tersebut bermuara pada
peningkatan kualitas sekolah.
Informasi
tentang sekolah memang mahal ditujukan untuk merespon kegelisahan masyarakat
tentang melejitnya biaya sekolah dewasa ini. Kegelisahan yang secara nalar
dapat dipahami melihat kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan kelangsungan
hidup mereka.
Ketidakberuntungan
secara ekonomi ini semakin terasa menyiksa ketika bayangan-bayangan tentang
kalkulasi pembiayaan sekolah datang dengan menawarkan iming-iming perubahan
nasib dan masa depan mereka ketika selesai menempuhnya.
Seperti
penulis dan pembaca ketahui, hal ini tentu saja berimbas kepada pembiayaan yang
tidak sedikit. Pembebanan biaya yang tidak sedikit tersebut dipikul bersama
oleh produsen dan konsumen. Produsen yang tidak lain adalah sekolah tentunya
berusaha agar beban ini tidak memberatkan langkah mereka. Begitu pula konsumen
yang dalam hal ini adalah komite sekolah atau masyarakat yang juga berharap hal
yang tidak berbeda.
Keinginan
yang sama dalam keringanan menggunakan beban tentunya menjadi benturan yang
keras yang berdampak pencarian win-win solution.
Produsen
melakukan penawaran tentang fasilitas-fasilitas dan keunggulan-keunggulan
sekolah yang secara nyata berbanding lurus dengan peningkatan beban biaya yang
signifikan. Keadaan ekonomi yang sulit justru menjadi pembenaran bahwa program
mereka memang berharga mahal.
Sementara
konsumen yang selalu berharap yang terbaik –fasilitas, keunggulan dan prestasi
yang nomor satu- terjebak didalamnya tanpa bisa berpikir lebih jernih apa yang
sebenarnya mereka cari dan inginkan. Sehingga pencitraan adalah sebuah jawaban
dari kebingungan mereka sendiri.
Ketika
kesepakatan telah terjadi antara produsen dan konsumen maka win-win solution
yang tercipta adalah harga dan produk. Ketika harga telah tinggi dan produk
tidak sesuai harapan maka dengan sendirinya keputusan final bahwa sekolah
memang mahal bukan suatu omong kosong.
Informasi
yang kedua adalah sekolah memang harus mahal. Keharusan ini bukanlah suatu yang
mengada-ada.
Kebutuhan
sarana dan prasarana sekolah memang seharusnya terbaik, tercanggih dan
termutakhir. Keseluruhannya membutuhkan biaya yang sangat besar.
Berbicara
tentang literatur dan buku-buku materi saja membuat kita membayangkan nominal
yang besar. Pengadaan BSE adalah salah satu solusi alternatif untuk meringankan
pembiayaan di sektor ini bagi konsumen.
Tetapi
dilapangan proses memperoleh BSE ini juga tidak sesederhana yang kita
bayangkan. Jaringan internet yang tidak merata membuat biaya produksi menjadi
mahal.
Kelemahan
penguasaan teknologi juga menyebabkan proses ini menjadi tidak efisien secara
waktu dan berantai menjadi tidak efektif secara hasil.
Peralatan
praktek, kelengkapan sekolah, media pembelajaran, teknologi penunjang
pembelajaran kesemuanya adalah hal-hal yang benar-benar begitu ‘terlihat ‘ didalam
anggaran. Dan untuk menentukan anggaran bukan suatu yang mudah bila kita
berpikir jujur dan benar.
Uraian-uraian
yang dipaparkan penulis telah sedikit memberi gambaran betapa besar biaya untuk
bersekolah. Dan dalam hal ini penulis berpendapat bahwa hal ini sudah benar dan
memang seharusnya demikian bila sekolah diartikan dengan ilmu. Ya, sekolah
memang harus mahal.
Penulis
tetap berpegang bahwa ilmu itu memang mahal. Pendidikan itu mahal. Sekolah itu
mahal. Jadi sudah seharusnya biaya disektor ini sangat tinggi. Hanya saja
penulis menggaris bawahi bahwa yang menanggung beban tersebut bukan konsumen
maupun produsen. Hal tersebut –dalam hal ini pendidikan- adalah sama seperti,
kesehatan, anak terlantar dan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak
adalah tanggung jawab negara.
0 comments:
Posting Komentar