• RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Selasa, 31 Agustus 2010

RAMADHAN SELALU MEMBUATKU MINDER

Posted by mastong On 08.55

Sungguh setiap ramadhan –bulan penuh berkah- datang, aku selalu minder. Dengan fasilitas doa yang dikabulkan, ibadah yang dilipatgandakan pahalanya, sunah yang senilai dengan fardhu apalagi wajibnya, dan berbagai macam bonus-bonus yang telah disiapkan justru membuatku semakin minder dan merasa semakin banyak kekurangan.

Kedangkalan ilmu, tumpulnya hati, sempitnya pikir, ditambah iri dan dengki serta ditaburi fitnah dan gibah tak lupa dibalut egois tinggi melengkapi paket istimewa yang melekat dalam diriku. Sungguh suatu kebahagiaan tak terkira jika aku masih diperbolehkan bertemu dengan ramadhan kali ini.

Maka kesempatan seperti ini tidak aku sia-sia kan. Aku telusuri masjid, mushola, langgar dan surau. Aku dengarkan setiap muntahan dzikir dari bibir-bibir para ulama. Aku benamkan diriku dalam lautan i’tikaf bersama jutaan orang. Aku angkat pantatku dan kutanam kepalaku bersujud menyembah Nya. Tapi justru aku semakin minder saja.

Ketika malam sholat tarawih aku terlalu minder karena tidak bisa sholat dengan cepat seperti imam yang sangat mahir dengan bacaaan-bacaan sholat. Tikungan-tikungan mahroj dan lintasan-lintasan tajuwid yang terlewati dengan begitu mulus dengan kecepatan yang hanya bisa ditandingi oleh Valentino Rossi membuatku semakin tertinggal jauh.

Para makmum –yang ternyata tidak kalah hebatnya dengan imammya- yang sangat bersemangat dalam mengarungi ramadhan selalu meneriakkan Amin dengan auman yang hanya bisa disaingi oleh dentuman-dentuman sound system dalam konser-konser musik di lapangan sepakbola. Aku semakin menciut saja.
Disaat kultum para makmum punya hak asasi manusia -yang dijunjung tinggi dalam perdaban kita- seperti imam sehingga bebas bersuara disaat imam menyampaikan khotbahnya. Aku semakin saja mengkerut.

Tadarus yang tersiar dengan lantang melalui corong-corong meriuhkan langit sehingga suara terompet orang-orang Afrika Selatan di Piala Dunia kemarin kalah beberapa desibel. Aku semakin terlempar ke sudut.

Sungguh tidak ada rasa percaya diri dalam diriku dalam mengarungi ramadhan. Kedangkalan ilmuku, tumpulnya hatiku, sempitnya pikirku, rasa iri dan dengkiku membuatku semakin malu dan semakin minder saja karena tidak pernah bisa mengikuti dan mengerti fenomena ini.